Panti Rehabilitasi Yayasan Penuai Indonesia

  • Home
  • Visi dan Misi
  • Divisi Psikiatri
  • Divisi Napza
  • Fasilitas
  • Artikel
  • Contact
  • Home
  • Artikel
  • Archive from category "Artikel"
15 January 2021

Category: Artikel

Kesaksian Mantan Klien di Facebook Enricho Eric Gregorius

Thursday, 08 November 2018 by Support YPI

Kesaksian Mantan Klien di Facebook Enricho Eric Gregorius
(disalin seijin klien)
BAGAIMANA MEMPERLAKUKAN PECANDU NARKOBA?
Menjadi mantan pengguna Narkoba itu, menyenangkan. Bisa mendapatkan hikmah dari banyaknya kejadian, baik tentang narkoba, pelaku hingga penegak hukumnya. Narkoba itu tidak sedikitpun menakutkan, yang menakutkan adalah saat kita, anak kita, saudara atau tetangga kita kecanduan menggunakannya. Karena narkoba dan alkohol pada faktanya masih sangat dibutuhkan didalam dunia kedokteran untuk menyelamatkan banyak nyawa.

Sangat penting untuk mengenal seperti apa itu Narkoba, bentuk dan jenis-jenisnya hingga gejalanya dari tindak tanduk pengguna hingga proses terjadinya akibat dan akibatnya. Kalau saya boleh bilang, kenalilah. Jadikan narkoba bukan sesuatu yang horor untuk dikenali. Dengan begitu kita bisa mudah menjelaskan serta bisa mendeteksi saat orang dekat kita sedang menggunakannya bahkan kecanduan.

Saya tidak akan menuliskan tentang jenis-jenis narkoba berikut bentuknya seperti apa, namun ingin bercerita tentang bagaimana sebaiknya memperlakukan pecandu narkoba (Anda bisa menambahkan untuk memperlengkap tulisan ini)

1. Tetap baik

Saat tahu bahwa anak atau adik atau kakak atau saudara atau teman atau siapapun orang yang dikenal terkena narkoba, tetaplah baik dengannya. Singkirkan hujatan, makian apalagi marah langsung kepadanya. Karena tidak akan membantunya keluar dari jeratan narkoba, malah kemungkinan besar bisa semakin menjerumuskannya.

Pada dasarnya (sebagian besar) pecandu narkoba sedang dalam kondisi kebingungan atas dirinya sendiri. Mereka menggunakan narkoba karena kebutuhannya untuk lari dari keadaan, menjauh dari situasi pikiran yang tidak jelas, dan bahkan bisa saja dikarenakan kebisingan dalam pikirannya yang tidak bisa menjawab kebutuhannya.

Tetap tersenyum dengannya, jangan menjauh!. Karena pecandu narkoba saat sedang sadar memiliki perasaan yang lebih sensitif dibanding bukan pecandu.

2. Menerima kondisi

Khusus ORANG TUA yang anaknya menjadi pecandu narkoba, sangat-sangat penting untuk menerima kondisi anaknya. Meskipun dibutuhkan keberanian yang sangat besar, menjadi hal yang penting untuk mengakui bahwa anaknya terkena narkoba. Dengan menerima kondisi maka orang tua akan lebih mudah terbuka untuk membicarakan solusi dengan siapapun. Tidak perlu malu dengan strata sosial, keluarga lain atau bahkan tetangga.

Buka kerjasama dengan siapapun pihak manapun untuk mencari solusi terbaik bagi anak yang sudah terlanjur terkena narkoba. Saya berani mengatakan bahwa dengan terbukanya orang tua maka tingkat kesembuhan pecandu semakin tinggi. Orang tua yang tidak bisa menerima kondisi anaknya menjadi pecandu, akan cenderung menutupi sehingga apapun solusi yang masuk tidak akan bisa mengena. Kenapa? Karena solusi kesembuhan bagi anak yang menjadi pecandu justru harus datang dari keluarga, terutama orang tuanya.

Keluarga dan orang tua pecandu harus bisa mengerti mengapa dia menjadi seperti itu. Akar dari masalah yang menjadi penyebab harus diurai sedikit demi sedikit. Pecandu membutuhkan penerimaan, membutuhkan tangan terbuka untuk menempatkannya kembali pada titik sebelum menjadi pecandu. Starter ulang apa yang sudah hilang selama masa dia menjadi pecandu. Berikan kebahagiaan yang dibutuhkannya.

3. Kasih sayang

Kembalikan kasih sayang yang hilang. Anak-anak lari dari masalahnya karena tidak memiliki tempat untuk menumpahkan keluh kesahnya. Segala masalah di sekolah dalam kesehariannya, masalah orang tua yang nampak didepan mata, masalah teman sebaya yang sering mem-bully, dan masalah lingkungan yang kurang ramah baginya sering menjadi sebuah masalah yang komplek untuk diurai oleh anak (apalagi anak laki-laki). Karena anak laki-laki memiliki jenjang kedewasaan yang lebih lambat dibandingkan anak perempuan.

Kasih sayang ini sangat penting, semua akan berantakan apabila orang tua tidak bersedia menerima kondisi kemudian meluangkan waktu untuknya. Saling menyalahkan tidak akan membantunya sembuh dari kondisinya. Pecandu narkoba sebisa mungkin tidak diperlakukan secara kasar (kecuali bandar)

4. Konsisten

Perhatian dari keluarga dan orang tua akan sangat membantunya sembuh dari kecanduannya, dibutuhkan kesabaran yang super-super sabar dalam penanganannya. Boleh dibilang harus ada yang menemaninya 24 jam penuh. Apalagi saat tubuh dan pikirannya menagih maka dibutuhkan pengalih perhatian agar tubuh serta pikirannya tidak terus menerus menuntut. Lakukan penanganan dengan kasih sayang, tunjukkan bahwa dia ada di mata kita. Bawa dia ke dalam dunia yang selama ini diimpikannya atau mungkin dunia yang belum pernah diketahuinya, misalnya dunia spiritual atau kebahagiaan mengenal banyak tempat. Dan pastikan dia nyaman dengan semua itu.

Konsistensi untuk memberikan kenyamanan, menerima kondisi, memberikan semangat terus menerus sangat penting. Jauhkan pecandu dari kejadian-kejadian tidak mengenakkan, terutama di dalam keluarga seperti pertengkaran ayah dan ibu atau pertengkaran anggota keluarga lainnya. Ini sulit, karena marah bisa datang lebih cepat dari cahaya.

Bila memang keadaan memaksa untuk memasukkannya ke dalam rehabilitasi, diskusikan dengan pecandu sebaik mungkin. Yakinkan bahwa sebagai orang tua atau sebagai keluarga dan orang yang peduli akan tetap ada didekatnya. Mudah? Tidak. Karena 98% pecandu tidak bersedia dimasukkan ke tempat rehabilitasi.

Diluar beberapa hal di atas, penanganan pecandu narkoba sangat dibutuhkan improvisasi karena sangat situasional. Berhenti menggantungkan kesembuhan itu datang dari orang lain, orang-orang dekatlah yang akan mempercepat kesembuhannya.

Cblah melihat segala sesuatu dari sudut pandang positif yg lainnya
Semoga bermanfaat

ditulis oleh Ronald Jacob Lokollo

https://www.kompasiana.com/ronaldlokollo/5be568976ddcae6e86782a23/bagaimana-menangani-pecandu-napza

Read more
  • Published in Artikel
No Comments

Pemahaman Perilaku Adiksi

Tuesday, 06 November 2018 by Support YPI

Adiksi disebut juga kecanduan atau ketergantungan.

Adiksi merupakan penyakit pada otak yang memiliki gangguan yang kronis (mudah kambuh) yang di timbulkan oleh kombinasi faktor biologis/ Genetik/ Farmakologis, sosial dan psikologis.

Pengertian Adiksi :

1. Terbentuknya suatu pola perilaku yang terus menerus di tampilkan dan dirasakan oleh pecandu yang sangat sulit atau tidak mungkin di hentikan walaupun sudah di sadari oleh si pecandu membawa akibat negatif.

2. Pada umumnya pecandu memiliki keinginan untuk menghentikan perilaku tersebut atau pernah untuk mencobanya tetapi tetap gagal dan terus memakai.

3. Karakteristik lainnya yang dialami pecandu adalah ingin menggunakan lebih banyak lagi Zat dan adanya efek toleransi atau dosis pemakaian yang bertambah untuk mendapatkan efek eforia yang sama

4. Saat penghentian pemakaian zat menimbulkan efek Withdrawal atau Gejala Putus Zat dan orang pada umumnya mengatakan Sakaw

Zat dan atau perilaku apa saja yang menimbulkan Adiksi ?

Semua jenis zat Mood Altering Subtances dan atau zat yang dapat menghilangkan sakit atau perilaku yang mendatangkan kesenangan yang intens beresiko menimbulkan ketergantungan.

Khalayak medis membuat batasan yang tegas antara ketergantungan fisik (Ditandai dengan gejala putus Zat/sakaw) dengan ketergantungan Psikologis  (Ditandai dengan sugesti/craving)

Saat ini sebagaian besar masyarakat kita mengerti masalah adiksi atau kecanduan hanya sebatas rasa sakit  / perubahan perilaku yang terjadi dalam diri seorang pecandu, bukan sebagai masalah penyakit kecanduan. oleh sebab itu saya akan menjelaskan tahapan seseorang menjadi pecandu.

Adiksi terjadi melalui beberapa proses tahapan yaitu : Early  –  Intermediate  –  Advanced

EARLY   ADDICTION :

Pemakaian Napza untuk coba-coba

Pemakaian Napza untuk kesenangan

Memakai Napza jika di tawarkan

Banyak memiliki teman yang bukan pecandu

INTERMEDIATE    ADDICTION:

Mulai untuk membeli Napza ( Pola mulai terbentuk)

Meluangkan waktu lebih untuk mencari Napza.

Dosis pemakaian zat dan frekwensi pemakaian yang terus meningkat

INTERMEDIATE    ADDICTION:

Meningkatnya masalah di Rumah / pekerjaan

Banyak melakukan penyangkalan / berbohong

Memiliki banyak teman yang juga sesama pecandu

Isolation / menutup diri

Kehilangan kontrol atas pemakaian

dan Pada Fase ini teman dan keluarga menjadi sadar bahwa orang tersebut memiliki masalah dengan adiksi

ADVANCED    ADDICTION

Pecandu memakai napza agar dapat berfungsi normal

Pecandu memakai napza sendirian

Pecandu merasa dapat mengontrol pemakaiannya

Pecandu Memiliki perilaku lapar akan Napza

Pecandu mulai menyalahkan orang lain dari masalah yang muncul

Pecandu memiliki masalah dalam otoritas

Pecandu mulai menyampingkan prioritas hidup

Demikiansedikit pemahaman tentang perilaku adiksi/pecandu agar setiap kita dapat mengenal ciri-ciri tersebut dan segera mencari bantuan profesional/rehabilitasi untuk menangani agar dapat menyelamatkan fungsi sosial mereka yang kecanduan untuk hidup dengan normal lagi.

ditulis oleh Ronald Yacob Lokollo

https://www.kompasiana.com/ronaldlokollo/5bd435b7bde575745e325ed5/pemahaman-perilaku-adiksi

Read more
  • Published in Artikel
No Comments

“Co Dependency” bagi Keluarga Pecandu Napza

Tuesday, 06 November 2018 by Support YPI

Ketergantungan Co Dependency adalah apabila salah satu anggota keluarga menjadi pecandu Napza, Maka seluruh keluarga ikut terkena dampaknya (ikut menderita). Reaksi Umum yang dialami oleh keluarga pecandu adalah: Bingung, panik, kecewa, kecewa, marah, merasa bersalah, rasa malu, saling tegas, saling curiga dan putus asa. Kondisi “KACAU” yang biasa digunakan oleh sipecandu itu sendiri sebagai pembenarannya untuk gaya hidup adiksinya. Hidup dengan pecandu aktif adalah masa yang penuh traumatik.

Dibanyak Keluarga Yang Hidup dengan mereka, mereka Selalu Hidup dalam suasana keluarga yang penuh ketegangan. Suasana keluarga akan selalu penuh ketegangan, kebuntuan dan keributan dan pada akhirnya menghadirkan ketergantungan (Codependent). Kedamaian dan keharmonisan keluarga pastinya akan terganggu, bahkan pada kasus-kasus tertentu akan membawa kehancuran.

Pada awalnya keluarga akan Sangat Sulit untuk dapat menerima anggota Keluarga Menjadi Seorang pecandu. Setelah mengetahui hal-hal tersebut mereka akan berusaha untuk menyembunyikannya, dengan harapan si pecandu akan sembuh sebelum diketahui oleh banyak orang. Pada fase ini disebut fase Penolakan (Denial).

Pada saat harapannya meleset, sikap penolakan tersebut membuat keluarga membelikan izin  untuk penggunaan Napza hanya di dalam rumah atau bahkan membelikan Napza untuk si pecandu. Tanpa di sadari Anggota keluarga sulit melepaskan diri dari tingkah laku yang disfungsional yaitu ikut berbohong, berpura-pura, terlalu memanjakan, orang lain, berburuk sangka dan sebagainya.

Tanpa di sadari terdapat dampak emosional yang sangat mengganggu di dalam keluarga, murung, malu, marah dan sebagainya. Kemudian berjuanglah keluarga untuk membawa si pecandu menjelajah dari satu tempat detoksifikasi ke detoksifikasi lain, ke rumah sakit, pesantren, sinseh, dukun, ke mekah, luar negeri dan sebagainya.

Sampai PADA Satu Titik Keluarga akan merasa jenuh Dan Lelah, Semakin bingung Dan putus asa (putus asa). Namun, masih banyak lagi yang bisa dilakukan dengan mudah di dalam pantiurang dan keluarga kembali merasa aman dan lega. Mereka mungkin biarlah si pecandu selama mungkin tidak ada di dalam rumah bersama mereka.

Jika kita menemukan pola yang ada di atas, kita dapat melihat tidak terkendalinya sebuah keluarga pencandu.

Pecandu -> Napza , dan    Co-Addict -> Pecandu , Inilah yang disebut  Co Dependent .

Penjelasannya adalah:Co – addict adalah individu yang dekat dengan pecandu dan turut menderita, karena hubungannya yang dekat dengan pecandu. Tingkah laku yang dimunculkan dinamakan dengan     “Co-dependent” . Co-dependent mempengaruhi aspek emosi, psiklogi dan tingkah laku, dan di dalam keluarga mungkin terdapat labih dari satu orang Co-dependent.

Kodependen begitu terpengaruh secara emosional dengan penderita seakan-akan masalah penderita adalah masalahnya sehingga pikiran, perasaan dan tindakannya terfokus pada masalah penderita.   Hal ini dapat dilakukan karena adanya rasa bersalah atas masalah kecanduan yang dialami sipecandu; karena kedekatan emosional yang berlebihan; merasa bertanggung jawab. Ini yang disebut efek un meshment

Tindakan yang bertujuan melindungi   penderita dari situasi-situasi yang tidak menyenangkan, termasuk konsekuensi dari penyalahgunaan Napza itu sendiri sebagai contoh: rasionalisasi, berpura-pura MENERIMA alasan yang TIDAK MASUK akal Yang dikemukakan Oleh sipecandu, memberikan uang, membela dari kemarahan orang lain untuk tujuan menghindari konflik dengan sipecandu. Hal ini disebut  tindakan(Enabling)

Melakukan tindakan mengontrol sipecandu dengan cara-cara yang justru mendorong penggunaan karena emosi negatif yang ditimbulkan dari perilaku tersebut. Sebagai contoh: mengkritik, memarahi, memaki, menghukum dengan cara tidak memberikan kasih sayang, memanipulasi orang lain agar tidak mau berhubungan dengan sipecandu , berargumen dengan sipecandu saat ia dalam keadaan terintoksikasi, membiarkan sipecandu mengumbar janji-2 dan memarahinya selama tidak menepati janji. Ini disebut tindakan Provoking

Tanda-tanda sebuah keluarga menjadi Co-Dependent

* Kehilangan struktur normatif dalam keseharian di keluarga

* Kegiatan rutin keluarga mulai terganggu

* Ketidak seimbangan di dalam keluarga

* Hilangnya kepedulian dalam keluarga

* Lebih mengutamakan perhatian kepada orang lain dari pada diri sendiri.

* Ketidak mampuan mempertahankan batasan

* Mulai bereksperimen untuk mengatasi masalah pencandu

* Kehilangan biaya konstruktif seperti;

– Mulai tidak terkendali dalam pemenuhan tanggung jawab.

– Merasa sangat diutuhkan

* Keragu-raguan seperti;

– Sulit untuk membuat keputusan

– Saling lempar hasil

– Tidak berlaku dengan keputusan yang sudah di ambil

* Kurangnya waktu untuk beristirahat / tidur untuk tidur, karena terus berpikir

* Meliputi kompulsif seperti:

– Tidak pernah cukup

– Komplain / Mengeluh

– Merasa bimbang atas perlakuan orang lain

* Perilaku Deffensif seperti pemikiran tertutup / Memblokir, mengelak lingkaran tentang dirinya, sukar berbicara jujur dan terbuka

* Gangguan makan seperti kehilangan piring makan atau bahkan makan berlebihan

* Kebencian yang tidak bisa masuk akal seperti mengungkit masalalu yang bisa masuk akal perasaan sakit dan sedih.

* Kecenderungan untuk mengendalikan orang, karena tidak dapat mengontrol si pecandu, terlihat untuk mengendalikan hal lain.

* Mencari Kambing Hitam seperti kebali untuk mencari alasan dari perasaan yang tidak enak yan dialaminya

* Kebingungan seperti sukar untuk bergembira atau merasa ceria dan tidak dapat menyampaikan perasaan yang sedang di rasakan.

* Pikiran yang tidak bisa mengendalikan diri Lebih dari menghukum / Hukuman berlebihan, Berteriak / Teriak2, Melempar benda / Lempar barang2.

* Tunnel Vision seperti cara yang tersembunyi dan tidak dapat mendengarkan orang lain

* Emosi yang tidak terkontrol seperti marah tanpa sebab, masalah kecil menjadi masalah besar, tidak memiliki solusi dalam masalah

* Masalah Kesehatan seperti Sakit kepala, mudah ngantuk, migran, sakit perut dan lain-lain

* Perasaan kesepian seperti sering menyendiri, merasionalisasikan kesendiriannya dengan mengatakan “Banyak Pekerjaan dan sebagainya”, isolasi diri / Tidak mau bergaul / sosialisasi serta rasa bersalah yang berlebihan.

Demikianlah beratnya beban yang ditanggung dari sebuah keluarga yang disebut sebagai anggotanya menjadi pecandu. Napza dan ini uang hal remeh, keluarga juga membutuhkan bantuan dari tenaga ahli dari si pecandu itu sendiri agar dapat menjadi tanggung jawab kami.

Jika Anda membutuhkan bantuan dari profesional, silakan bergabung dengan lembaga yang memiliki layanan yang memenuhi kebutuhan dan keluarga Anda.

 

Ditulis oleh Ronald Yacob Lokollo 

https://www.kompasiana.com/ronaldlokollo/5bd44a6bc112fe300b7a3d38/co-dependency-bagi-keluarga-pecandu-napza

Read more
  • Published in Artikel
No Comments

Memahami Perbedaan Otak Pria dan Wanita

Tuesday, 06 November 2018 by Support YPI

Pria dan Wanita memang BERBEDA , bukan “lebih baik atau lebih buruk”, satu-satunya persamaan mereka adalah : Mereka berasal dari jenis yang sama yaitu MANUSIA.

Penelitian tersebut diteliti oleh :

1. ALLAN & BARBARA PEASE, mereka adalah sepasang suami istri, hasil penelitiannya diterbitkan dalam buku berjudul ” Why Men don’t Listen and Women can’t Read Maps ”
2. LOUANN BRIZENDINE, M.D. , beliau adalah seorang dokter ahli syaraf dan jiwa , hasil penelitiannya diterbitkan dalam buku berjudul ” The Male Brain ” dan ” The Female Brain ” .

Pria dalam sehari mengatakan :
*2000 – 4000 kata
* 1000 – 2000 bunyi vokal
* 2000 — 3000 gerakan bahasa tubuh Rata — rata jumlah komunikasi sebanyak 7000 kata-kata

Wanita dalam sehari mengatakan :
*6000 — 8000 kata
* 2000 — 3000 bunyi vokal
* 8000 — 10.000 gerakan bahasa tubuh Rata — rata jumlah komunikasi sebanyak 20.000 kata-kata

Jadi bisa dibayangkan betapa besar energi yang dibutuhkan wanita untuk menyalurkan 20.000 kata-kata dalam satu hari dan bagaimana akibatnya apabila kebutuhannya tersebut terhambat.

Otak dari wanita tersusun untuk bereaksi pada orang & wajah-wajah. Perempuan menginginkan hubungan dan kerjasama.   Sedangkan  Otak dari pria tersusun untuk bereaksi pada benda & bentuknya dan Pria menginginkan kekuasaan, kedudukan serta senang utuk bersaing.

“Otak wanita terhubung dengan lebih baik” DR. Rober Groski, ahli Neurologi dari Univ. California — Los Angeles. Menemukan bahwa : “Otak Wanita memiliki CORPUS COLLOSUM lebih tebal dibandingkan otak Pria” Sehingga wanita mampu mengerjakan berbagai pekerjaan yang tidak saling berhubungan dalam satu waktu. Sedangkan Otak Pria tersusun untuk pekerjaan khusus, karena Otak pria terbagi-bagi dan disusun untuk memusatkan perhatian pada satu hal khusus. Sehingga pendengaran pria akan menurun saat memperhatikan pada hal-hal khusus, oleh karena itu Pria hanya dapat melakukan ‘satu pekerjaan dalam satu waktu’.  Ketika pria membaca koran atau nonton tv, ia tidak dapat mendengar apa yang wanita katakan padanya.

Perbedaan-perbedaan lainnya antara Pria dan Wanita adalah:

Pria berterus terang, tidak menyukai kontak mata dan bila mendengar curhat selalu menawarkan solusi dan sudut pandang matanya yang sempit dan tahu arah yang pasti dalam membaca peta atau petunjuk jalan. Berbelanja adalah teror bagi Pria dan bila tertekan tidak mau bicara.  Saat menonton suka mengganti saluran TV.

Wanita tidak berterus terang, saat berbicara dengan kontak mata dan  bila curhat hanya ingin disimak serta memiliki sudut pandang mata yang luas.  Wanita cenderung mendapat kesulitan dalam membaca peta atau petunjuk jalan. Berbelanja adalah kegemaran bagi Wanita dan bila tertekan butuh untuk bicara.  Saat menonton Dengan teku memperhatikan TV.

Menjalin kasih sayang pada Pria & Wanita dalam rumah tangga bagaikan menjalin permainan puzzle, belahan permainan harus berbeda agar bisa terjalin.  Hubungan antara pria & wanita tetap berlangsung walau perbedaan gender yang luar biasa dan hubungan mereka menjadi bergejolak ketika pria & wanita gagal mengakui bahwa secara biologis mereka memang berbeda.

Berita baiknya adalah : Ketika kita mengerti perbedaan itu , kita akan lebih mudah untuk hidup bersama. Juga akan dapat mengelola, menghargai, bahkan menyukainya juga.

 

Ditulis oleh Ronald Yacob Lokollo

https://www.kompasiana.com/ronaldlokollo/5bdd6f5c677ffb66a01017e3/memahami-perbedaan-otak-pria-dan-wanita

 

Read more
  • Published in Artikel
No Comments

Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu Napza dan Gangguan Psikotik

Tuesday, 06 November 2018 by Support YPI

Rehabilitasi Sosial bagi korban Penyalahgunaan Napza (Narkotika, psikotropika, dan zat-zat adiktif lainnya) maupun bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah suatu proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu memelihara pemulihannya serta melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.   Sedangkan Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah organisasi sosial yang melaksanakan Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang dibentuk oleh masyarakat.

Standar Rehabilitasi Sosial dengan pendekatan Profesi Pekerjaan Sosial didasari dari Permensos RI No 5 Tahun 2017 yang bertujuan:
a. untuk menjadi acuan dan pedoman bagi praktik Pekerjaan Sosial dalam pelayanan baik yang bersifat persuasif, motivatif, dan koersif agar terpenuhinya penyembuhan dan pemulihan keberfungsian individu, keluarga, dan masyarakat;
b. untuk memberikan pelindungan terhadap penerima pelayanan dari kesalahan praktik pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi Sosial;
c. untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaksanaan Rehabilitasi Sosial
d. untuk memperluas jangkauan pelaksanaan Rehabilitasi Sosial.

Rehabilitasi Sosial diberikan dalam bentuk:
a. motivasi dan diagnosis psikososial; merupakan upaya yang diarahkan untuk memahami permasalahan psikososial dengan tujuan memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan keberfungsian sosial.
b. perawatan dan pengasuhan; merupakan upaya untuk menjaga, melindungi, merawat, dan mengasuh agar dapat melaksanakan keberfungsian sosial.
c. pelatihan vokasional dan pembinaan kewirausahaan; merupakan usaha pemberian keterampilan kepada penerima pelayanan agar mampu hidup mandiri dan/atau produktif
d. bimbingan mental spiritual; merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan serta memperbaiki sikap dan perilaku berdasarkan ajaran agama
e. bimbingan fisik;  merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan jasmani penerima pelayanan.
f. bimbingan sosial dan konseling psikososial; merupakan semua bentuk pelayanan bantuan psikologis yang ditujukan untuk mengatasi masalah psikososial agar dapat meningkatkan keberfungsian sosial.
g. pelayanan aksesibilitas; merupakan penyediaan kemudahan bagi penerima pelayanan guna mewujudkan kesamaan hak dan kesempatan dalam segala aspek kehidupan.
h. bantuan dan asistensi sosial; merupakan upaya yang dilakukan berupa pemberian bantuan kepada penerima pelayanan yang mengalami guncangan dan kerentanan sosial agar dapat hidup secara wajar.
i. bimbingan resosialisasi; merupakan kegiatan untuk mempersiapkan penerima pelayanan agar dapat diterima kembali ke dalam keluarga dan masyarakat.
j. bimbingan lanjut; merupakan kegiatan pemantapan kemandirian penerima pelayanan setelah memperoleh pelayanan Rehabilitasi Sosial.
k. rujukan ; merupakan pengalihan layanan kepada pihak lain agar penerima pelayanan memperoleh pelayanan lanjutan atau sesuai dengan kebutuhan.

Rehabilitasi Sosial dilaksanakan dengan beberapa tahapan:
a. pendekatan awal;
b. pengungkapan dan pemahaman masalah;
c. penyusunan rencana pemecahan masalah;
d. pemecahan masalah;
e. resosialisasi;
f. terminasi; dan
g. bimbingan lanjut.

Jangka waktu pelaksanaan pemberian pelayanan Rehabilitasi Sosial di dalam panti Lembaga Kesejahteraan Sosial paling singkat adalah 3 (tiga) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan, jangka waktu pelaksanaan pemberian pelayanan Rehabilitasi Sosial  disesuaikan dengan kebutuhan penerima pelayanan. Dan Sumber daya manusia pelayanan Rehabilitasi Sosial dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar ukuran kinerja dan standar kompetensi.

Itulah sekelumit Standart Layanan Rehabilitasi Sosial bagi korban penyalahgunaan Napza Maupun Orang Dengan Gangguan Kejiwaan (ODGJ) yang harus dilaksanakan oleh lembaga rehabilitasi sosial.  Sulit? Memang tidak mudah, tapi menjadi kewajiban bagi setiap penyelenggara rehabilitasi memenuhi standart tersebut untuk dapat secara maksimal membantu pemulihan dari klien yang dirawat dalam lembaga.

 

di tulis by Ronald Jacob Lokollo

https://www.kompasiana.com/ronaldlokollo/5bdea78f43322f74090b3b22/rehabilitasi-sosial-bagi-pecandu-napza-dan-gangguan-psikotik

Read more
  • Published in Artikel
No Comments

PANTI REHABILITASI YAYASAN PENUAI INDONESIA

YAYASAN PENUAI INDONESIA dimulai Pada Tahun 2001 adalah Pusat sarana rehabilitasi menangani 2 Devisi NAPZA / NARKOBA DAN SIKOTIK / KEJIWAAN yang menggunakan pembinaan berbasis Therapeutic Community ( TC ) dan Religius dengan pendekatan. YAYASAN PENUAI INDONESIA Didirikan atas dasar Keterpanggilan kesadaran dan tanggung jawab.

Pada perjalanannya, YAYASAN PENUAIN INDONESIA mendapatkan kepercayaan dari Kementerian sosial dan Pada Tanggal. 17 April 2012 diTunjuk sebagai (IPWL) Yaitu : INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR bagi Penderita Ketergantungan Napza / Narkoba dengan SK Menteri Sosial No. 31/HUK/2012 Pada Tanggal 17 April 2012 Dan terus men mengembangkan keterampilan Residen dengan dasar agar lembaga ini dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat yang lebih luas.

Hubungi Kami :

Alamat : Panti Rehabilitasi Yayasan Penuai Indonesia - Kp.Ciguntur Rt.006/003 - Desa Cipendawa - Kecamatan Pacet - Kabupaten Cianjur - 43243


Telp : (0263) 521787 (Kantor)
No Hp : 0813 1794 2232

© 2018. All rights reserved By IT Yayasan Penuai Indonesia

TOP